Kehidupan rumahtangga tidak selamanya berjalan mulus.
Sesekali, pasti ada saja gelombang yang menerpa. Seberapa besar
masalah yang datang, semua tergantung bagaimana Anda dan suami
menyikapinya. Komunikasi yang kurang bagus sering menjadi pangkal utama
masalah muncul antara pasangan suami istri.
Banyak hal bisa menjadi sumber konflik dan menyebabkan sebuah persoalan dalam rumah tangga. Bahkan, masalah yang seharusnya tidak diributkan pun bisa menjadi persoalan besar yang tak kunjung selesai. Namanya juga menyatukan dua kepribadian, pasti tidak gampang. Yang penting adalah, bagaimana Anda menjadikan perbedaan itu menjadi sesuatu yang indah. Di bawah ini ada 8 sumber konflik yang perlu diketahui pasangan dan bagaimana menyelesaikannya:
1. PENGHASILAN
Penghasilan suami lebih besar dari penghasilan istri adalah hal yang biasa. Namun, bila yang terjadi kebalikannya, sang istri yang lebih besar, bisa-bisa timbul masalah. Suami merasa minder karena tidak dihargai penghasilannya, sementara istri pun merasa dirinya berada di atas, sehingga jadi sombong dan tidak hormat lagi pada pasangannya.
Solusi
Walaupun penghasilan Anda lebih besar dari suami, cobalah untuk bersikap bijaksana dan tetap menghormatinya. Hargai berapa pun penghasilannya, sekalipun secara nominal memang sedikit. Pasalnya, jika Anda terus menerus mempersoalkan penghasilan suami, persoalan bisa malah semakin besar.
2. ANAK
Ketidakhadiran anak di tengah-tengah keluarga juga sering menimbulkan konflik berkepanjangan antara suami-istri. Apalagi jika suami selalu menyalahkan isri sebagai pihak yang mandul. Padahal, butuh pembuktian medis untuk menentukan apakah seseorang memang mandul atau tidak.
Solusi
Daripada membiarkan masalah tersebut berlarut terus-menerus, lebih baik bicarakan dengan suami. Ajaklah suami untuk bersama memeriksakan ke dokter. Jika dokter mengatakan bahwa Anda dan suami sehat, berarti kesabaran Anda dan pasangan tengah diuji oleh yang Maha Kuasa. Namun, bila memang sudah bertahun-tahun kehadiran si kecil belum datang juga, Anda dan suami bisa menempuh cara lain, misalnya dengan adopsi anak.
3. KEHADIRAN PIHAK LAIN
Kehadiran orang ketiga, misalnya adik ipar ataupun famili yang lain, keluarga kadangkala juga bisa menjadi sumber konflik dalam rumahtangga. Hal sepele yang seharusnya tidak diributkan bisa berubah menjadi masalah besar. Misalnya soal pemberian uang saku kepada adik ipar oleh suami yang tidak transparan.
Solusi
Keterbukaan adalah soal yang utama. Sebelum Anda dan suami memberikan bantuan, baik ke pihak Anda ataupun suami, sebaiknya terlebih dulu dibicarakan, berapa dana yang akan dikeluarkan, dan siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus atas dasar kesepakatan bersama. Agar jangan saling curiga, adakan sistem silang.
Artinya, untuk bantuan kepada keluarga Anda, suami-lah yang memberikan, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, semuanya akan transparan dan tidak ada lagi jalan belakang.
4. SEKS
Masalah yang satu ini seringkali menjadi sumber keributan suami-istri. Biasanya yang sering komplain adalah pihak suami yang tak puas dengan layanan istri. Suami seperti ini umumnya memang egois dan tidak mau tahu. Padahal, banyak hal yang menyebabkan istri bersikap seperti itu. Bisa karena letih, stres ataupun hamil.
Solusi
Istri atau suami yang punya masalah dengan hubungan seks dengan pasangan, sebaiknya berterus-terang. Ini dimaksudkan agar pasangan tidak curiga dan menuduh yang macam-macam. Ungkapkan saja keadaan Anda, dan mengapa gairah seks Anda menurun. Suami atau istri yang baik pasti memahami kondisi tersebut dan tidak akan banyak menuntut, dan mencari jalan keluar yang menguntungkan ke dua belah pihak.
5. KEYAKINAN
Biasanya, pasangan yang sudah berikrar untuk bersatu sehidup-semati tidak mempersoalkan masalah keyakinan yang berbeda antar mereka. Namun, persoalan biasanya akan timbul manakala mereka mulai menjalani kehidupan berumahtangga. Mereka baru sadar bahwa perbedaan tersebut sulit disatukan. Masing-masing membenarkan keyakinannya dan berusaha untuk menarik pasangannya agar mengikutinya. Meski tak selalu, hal ini seringkali terjadi pada pasangan suami-istri yang berbeda keyakinan, sehingga keributan pun tak dapat terhindarkan.
Solusi
Kondisi di atas akan menjadi konflik yang berkepanjangan bila masing-masing pihak tidak memiliki toleransi. Biasanya, pasangan yang berbeda keyakinan, sebelum menikah, sepakat untuk saling menghargai keyakinan pasangannya dan membuat kesepakatan tentang anak-anak harus mengikuti keyakinan siapa. Nah, tetaplah pegang janji itu, dan cobalah untuk saling menghargai. Kalaupun di tengah jalan Anda atau pasangan sepakat untuk memilih satu keyakinan saja, sebaiknya ini bukan karena unsur paksaan.
6. MERTUA
Kehadiran mertua yang terlalu ikut campur dalam urusan rumahtangga anak dan menantunya seringkali menjadi sumber konflik.
Solusi
Timbul rasa kesal boleh-boleh saja, namun tetap harus terkendali. Bila Anda tidak berkenan dengan komentar ataupun teguran dari mertua, jangan langsung mengekspresikannya di depan mertua. Cobalah berpikir tenang, ajaklah suami bertukar pikiran untuk mengatasi konflik Anda dengan orangtua. Ingat, segala sesuatu, jika diselesaikan dengan pikiran tenang, hasilnya akan baik.
7. RAGAM PERBEDAAN
Menyatukan dua hati, berarti menyatukan dua kepribadian dan selera yang juga berbeda. Misalnya suami seorang yang pendiam, sementara istri cerewet dan meledak-ledak emosinya. Suami senang makanan manis, istri senang makanan yang serba pedas. Nah, kedua pribadi ini bila disatukan biasanya tidak nyambung, belum lagi soal hobi atau kesenangan. Suami hobi berlibur ke pantai, sementara istri lebih suka berlibur di tempat yang ramai. Masing-masing tidak ada yang mau ngalah, akhirnya ribut juga.
Solusi
Perbedaan-perbedaan ini akan terus ada, meski umur pernikahan sudah puluhan tahun. Namanya saja menyatukan dua kepribadian. Jadi, kunci untuk mengatasi perbedaan ini adalah saling menerima dan mengisi.
Kalau suami Anda seorang yang pendiam diimbangi dengan jangan terlalu cerewet. Begitupun soal kesenangan. Tak ada salahnya mengikuti kesenangannya berlibur ke pantai. Mencoba sesuatu yang baru itu indah, selain menghindari pertengkaran, Anda juga mendapatkan pengalaman baru.
8. KOMUNIKASI TERBATAS
Pasangan suami-istri yang sama-sama sibuk biasanya memiliki sedikit waktu untuk berkomunikasi. Paling-paling mereka bertemu saat hendak tidur, sarapan pagi atau di akhir pekan. Terkadang, untuk makan malam bareng pun terlewatkan begitu saja. Kurangnya atau tidak adanya waktu untuk saling berbagi dan berkomunikasi ini seringkali menimbulkan salah pengertian. Suami tidak tahu masalah yang dihadapi istri, demikian juga sebaliknya. Akhirnya, ketika bertemu bukannya saling mencurahkan kasih sayang, namun malah cekcok.
Solusi
Sesibuk apapun Anda dan suami, tetapkan untuk berkomitmen bahwa kebersamaan dengan keluarga adalah hal yang utama. Artinya, harus ada waktu untuk keluarga. Misalnya sarapan dan makan malam bersama. Demikian juga dengan hari libur. Usahakan untuk menikmatinya bersama keluarga. Jadi, walaupun Anda dan suami bekerja seharian di luar rumah, namun keluarga tidak terbengkalai. Waktu untuk keluarga dan karier harus seimbang. Anda dan suami harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Sebenarnya asal kita mau untuk menyelesaikannya pertengkaran atau percekcokan bisa diselesaikan tanpa harus menunggu sampai menjadi pertengkaran yang besar. Mungkin langkah-langkah yang dikemukakan oleh Rick Warren dalam bukunya, “The purpose driven life” dapat memberikan solusi bagi kita untuk dapat memulihkan hubungan kita yang sedang mengalami keretakan dengan keluarga, pimpinan, sahabat dan lain-lain.
Ada 6 langkah-langkah yang dapat memberikan solusi kepada kita untuk memulihkan hubungan kita yang mengalami keretakan ;
1. Berbicaralah kepada Allah.
sebelum berbicara kepada orang tersebut ada baiknya Jika kita mau untuk mendoakan konflik yang kita alami terlebih dahulu dan bukan malah mengossipkannya kepada teman-teman yang lain, maka kita akan sering menemukan bahwa Allah dapat mengubah hati kita terhadap orang yang kepadanya kita sedang cekcok.
2. Selalu mengambil inisiatif.
Tidak peduli apakah kita yang melukai atau yang dilukai. Allah ingin agar kita mengambil langkah pertama untuk mendekati orang tersebut.
3. Bersimpati terhadap perasaan-perasaan.
Hendaknya kita lebih banyak menggunakan telinga kita daripada mulut kita. Bersabarlah menampung kemarahan orang lain, karena dengan kita mau mendengarkan sama artinya dengan kita berkata , “Saya menghargai pendapat anda, saya perduli dengan hubungan kita dan anda berarti bagi saya”. Ingatlah pepatah yang mengatakan bahwa “Mulutmu adalah harimau mu” yang mengajarkan kepada kita agar kita tetap berhati-hati dengan setiap perkataan yang keluar dari bibir mulut kita.
4. Akui peranan kita dalam konflik.
Kita sebaiknya dapat mengawali pemulihan hubungan itu dengan mengakui kesalahan kita dan jangan pernah bersikap seolah kitalah yang paling benar.
5. Seranglah masalahnya bukan orangnya.
Kita tidak mungkin membereskan masalah jika kita sibuk mencari siapa yang bertanggung jawab. Kita tidak bisa menjelaskan pikiran kita dengan marah, karena itu kita dapat memilih kata-kata yang lebih bijak. Dan bukan malah kata-kata yang memojokkan orang lain.
6. Mengutamakan rekonsiliasi dan bukan resolusi.
Adalah tidak realistis kalau mengharapkan bahwa semua orang setuju dengan pendapat kita. Semua orang bisa saja memiliki pendapat yang berbeda-beda. Dengan adanya rekonsilisai berarti kita mau melupakan perbedaan pendapat itu. “Pertengkaran bisa diselesaikan asal kita mau menyelesaikannya” karena memulai pertengkaran seperti membuka jalan air, dan akhirnya mengalir….mengalir….mengalir……. banjir bandang deh
Banyak hal bisa menjadi sumber konflik dan menyebabkan sebuah persoalan dalam rumah tangga. Bahkan, masalah yang seharusnya tidak diributkan pun bisa menjadi persoalan besar yang tak kunjung selesai. Namanya juga menyatukan dua kepribadian, pasti tidak gampang. Yang penting adalah, bagaimana Anda menjadikan perbedaan itu menjadi sesuatu yang indah. Di bawah ini ada 8 sumber konflik yang perlu diketahui pasangan dan bagaimana menyelesaikannya:
1. PENGHASILAN
Penghasilan suami lebih besar dari penghasilan istri adalah hal yang biasa. Namun, bila yang terjadi kebalikannya, sang istri yang lebih besar, bisa-bisa timbul masalah. Suami merasa minder karena tidak dihargai penghasilannya, sementara istri pun merasa dirinya berada di atas, sehingga jadi sombong dan tidak hormat lagi pada pasangannya.
Solusi
Walaupun penghasilan Anda lebih besar dari suami, cobalah untuk bersikap bijaksana dan tetap menghormatinya. Hargai berapa pun penghasilannya, sekalipun secara nominal memang sedikit. Pasalnya, jika Anda terus menerus mempersoalkan penghasilan suami, persoalan bisa malah semakin besar.
2. ANAK
Ketidakhadiran anak di tengah-tengah keluarga juga sering menimbulkan konflik berkepanjangan antara suami-istri. Apalagi jika suami selalu menyalahkan isri sebagai pihak yang mandul. Padahal, butuh pembuktian medis untuk menentukan apakah seseorang memang mandul atau tidak.
Solusi
Daripada membiarkan masalah tersebut berlarut terus-menerus, lebih baik bicarakan dengan suami. Ajaklah suami untuk bersama memeriksakan ke dokter. Jika dokter mengatakan bahwa Anda dan suami sehat, berarti kesabaran Anda dan pasangan tengah diuji oleh yang Maha Kuasa. Namun, bila memang sudah bertahun-tahun kehadiran si kecil belum datang juga, Anda dan suami bisa menempuh cara lain, misalnya dengan adopsi anak.
3. KEHADIRAN PIHAK LAIN
Kehadiran orang ketiga, misalnya adik ipar ataupun famili yang lain, keluarga kadangkala juga bisa menjadi sumber konflik dalam rumahtangga. Hal sepele yang seharusnya tidak diributkan bisa berubah menjadi masalah besar. Misalnya soal pemberian uang saku kepada adik ipar oleh suami yang tidak transparan.
Solusi
Keterbukaan adalah soal yang utama. Sebelum Anda dan suami memberikan bantuan, baik ke pihak Anda ataupun suami, sebaiknya terlebih dulu dibicarakan, berapa dana yang akan dikeluarkan, dan siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus atas dasar kesepakatan bersama. Agar jangan saling curiga, adakan sistem silang.
Artinya, untuk bantuan kepada keluarga Anda, suami-lah yang memberikan, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, semuanya akan transparan dan tidak ada lagi jalan belakang.
4. SEKS
Masalah yang satu ini seringkali menjadi sumber keributan suami-istri. Biasanya yang sering komplain adalah pihak suami yang tak puas dengan layanan istri. Suami seperti ini umumnya memang egois dan tidak mau tahu. Padahal, banyak hal yang menyebabkan istri bersikap seperti itu. Bisa karena letih, stres ataupun hamil.
Solusi
Istri atau suami yang punya masalah dengan hubungan seks dengan pasangan, sebaiknya berterus-terang. Ini dimaksudkan agar pasangan tidak curiga dan menuduh yang macam-macam. Ungkapkan saja keadaan Anda, dan mengapa gairah seks Anda menurun. Suami atau istri yang baik pasti memahami kondisi tersebut dan tidak akan banyak menuntut, dan mencari jalan keluar yang menguntungkan ke dua belah pihak.
5. KEYAKINAN
Biasanya, pasangan yang sudah berikrar untuk bersatu sehidup-semati tidak mempersoalkan masalah keyakinan yang berbeda antar mereka. Namun, persoalan biasanya akan timbul manakala mereka mulai menjalani kehidupan berumahtangga. Mereka baru sadar bahwa perbedaan tersebut sulit disatukan. Masing-masing membenarkan keyakinannya dan berusaha untuk menarik pasangannya agar mengikutinya. Meski tak selalu, hal ini seringkali terjadi pada pasangan suami-istri yang berbeda keyakinan, sehingga keributan pun tak dapat terhindarkan.
Solusi
Kondisi di atas akan menjadi konflik yang berkepanjangan bila masing-masing pihak tidak memiliki toleransi. Biasanya, pasangan yang berbeda keyakinan, sebelum menikah, sepakat untuk saling menghargai keyakinan pasangannya dan membuat kesepakatan tentang anak-anak harus mengikuti keyakinan siapa. Nah, tetaplah pegang janji itu, dan cobalah untuk saling menghargai. Kalaupun di tengah jalan Anda atau pasangan sepakat untuk memilih satu keyakinan saja, sebaiknya ini bukan karena unsur paksaan.
6. MERTUA
Kehadiran mertua yang terlalu ikut campur dalam urusan rumahtangga anak dan menantunya seringkali menjadi sumber konflik.
Solusi
Timbul rasa kesal boleh-boleh saja, namun tetap harus terkendali. Bila Anda tidak berkenan dengan komentar ataupun teguran dari mertua, jangan langsung mengekspresikannya di depan mertua. Cobalah berpikir tenang, ajaklah suami bertukar pikiran untuk mengatasi konflik Anda dengan orangtua. Ingat, segala sesuatu, jika diselesaikan dengan pikiran tenang, hasilnya akan baik.
7. RAGAM PERBEDAAN
Menyatukan dua hati, berarti menyatukan dua kepribadian dan selera yang juga berbeda. Misalnya suami seorang yang pendiam, sementara istri cerewet dan meledak-ledak emosinya. Suami senang makanan manis, istri senang makanan yang serba pedas. Nah, kedua pribadi ini bila disatukan biasanya tidak nyambung, belum lagi soal hobi atau kesenangan. Suami hobi berlibur ke pantai, sementara istri lebih suka berlibur di tempat yang ramai. Masing-masing tidak ada yang mau ngalah, akhirnya ribut juga.
Solusi
Perbedaan-perbedaan ini akan terus ada, meski umur pernikahan sudah puluhan tahun. Namanya saja menyatukan dua kepribadian. Jadi, kunci untuk mengatasi perbedaan ini adalah saling menerima dan mengisi.
Kalau suami Anda seorang yang pendiam diimbangi dengan jangan terlalu cerewet. Begitupun soal kesenangan. Tak ada salahnya mengikuti kesenangannya berlibur ke pantai. Mencoba sesuatu yang baru itu indah, selain menghindari pertengkaran, Anda juga mendapatkan pengalaman baru.
8. KOMUNIKASI TERBATAS
Pasangan suami-istri yang sama-sama sibuk biasanya memiliki sedikit waktu untuk berkomunikasi. Paling-paling mereka bertemu saat hendak tidur, sarapan pagi atau di akhir pekan. Terkadang, untuk makan malam bareng pun terlewatkan begitu saja. Kurangnya atau tidak adanya waktu untuk saling berbagi dan berkomunikasi ini seringkali menimbulkan salah pengertian. Suami tidak tahu masalah yang dihadapi istri, demikian juga sebaliknya. Akhirnya, ketika bertemu bukannya saling mencurahkan kasih sayang, namun malah cekcok.
Solusi
Sesibuk apapun Anda dan suami, tetapkan untuk berkomitmen bahwa kebersamaan dengan keluarga adalah hal yang utama. Artinya, harus ada waktu untuk keluarga. Misalnya sarapan dan makan malam bersama. Demikian juga dengan hari libur. Usahakan untuk menikmatinya bersama keluarga. Jadi, walaupun Anda dan suami bekerja seharian di luar rumah, namun keluarga tidak terbengkalai. Waktu untuk keluarga dan karier harus seimbang. Anda dan suami harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Cekcok bisa didefenisikan sebagai
bertengkar; berselisih; berbantah. Banyak hal yang bisa memancing atau
menyebabkan timbulnya percekcokan atau perselisihan dengan orang lain.
Salah satunya adalah perbedaan, kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan
diciptakan berbeda-beda, anak yang kembar identik sekalipun tetap masih
memiliki perbedaan.
Perbedaan-perbedaan inilah yang terkadang memancing kita untuk berselisih paham dengan orang lain, mungkin perbedaan pendapat, pandangan, dan lain-lain, karena kita mengganggap bahwa pendapat atau pandangan kitalah yang paling benar dari semua orang.
Perbedaan-perbedaan inilah yang terkadang memancing kita untuk berselisih paham dengan orang lain, mungkin perbedaan pendapat, pandangan, dan lain-lain, karena kita mengganggap bahwa pendapat atau pandangan kitalah yang paling benar dari semua orang.
Sebenarnya asal kita mau untuk menyelesaikannya pertengkaran atau percekcokan bisa diselesaikan tanpa harus menunggu sampai menjadi pertengkaran yang besar. Mungkin langkah-langkah yang dikemukakan oleh Rick Warren dalam bukunya, “The purpose driven life” dapat memberikan solusi bagi kita untuk dapat memulihkan hubungan kita yang sedang mengalami keretakan dengan keluarga, pimpinan, sahabat dan lain-lain.
Ada 6 langkah-langkah yang dapat memberikan solusi kepada kita untuk memulihkan hubungan kita yang mengalami keretakan ;
1. Berbicaralah kepada Allah.
sebelum berbicara kepada orang tersebut ada baiknya Jika kita mau untuk mendoakan konflik yang kita alami terlebih dahulu dan bukan malah mengossipkannya kepada teman-teman yang lain, maka kita akan sering menemukan bahwa Allah dapat mengubah hati kita terhadap orang yang kepadanya kita sedang cekcok.
2. Selalu mengambil inisiatif.
Tidak peduli apakah kita yang melukai atau yang dilukai. Allah ingin agar kita mengambil langkah pertama untuk mendekati orang tersebut.
3. Bersimpati terhadap perasaan-perasaan.
Hendaknya kita lebih banyak menggunakan telinga kita daripada mulut kita. Bersabarlah menampung kemarahan orang lain, karena dengan kita mau mendengarkan sama artinya dengan kita berkata , “Saya menghargai pendapat anda, saya perduli dengan hubungan kita dan anda berarti bagi saya”. Ingatlah pepatah yang mengatakan bahwa “Mulutmu adalah harimau mu” yang mengajarkan kepada kita agar kita tetap berhati-hati dengan setiap perkataan yang keluar dari bibir mulut kita.
4. Akui peranan kita dalam konflik.
Kita sebaiknya dapat mengawali pemulihan hubungan itu dengan mengakui kesalahan kita dan jangan pernah bersikap seolah kitalah yang paling benar.
5. Seranglah masalahnya bukan orangnya.
Kita tidak mungkin membereskan masalah jika kita sibuk mencari siapa yang bertanggung jawab. Kita tidak bisa menjelaskan pikiran kita dengan marah, karena itu kita dapat memilih kata-kata yang lebih bijak. Dan bukan malah kata-kata yang memojokkan orang lain.
6. Mengutamakan rekonsiliasi dan bukan resolusi.
Adalah tidak realistis kalau mengharapkan bahwa semua orang setuju dengan pendapat kita. Semua orang bisa saja memiliki pendapat yang berbeda-beda. Dengan adanya rekonsilisai berarti kita mau melupakan perbedaan pendapat itu. “Pertengkaran bisa diselesaikan asal kita mau menyelesaikannya” karena memulai pertengkaran seperti membuka jalan air, dan akhirnya mengalir….mengalir….mengalir……. banjir bandang deh
Pasangan yang baru meningkah atau juga bisa dikatakan pasangan muda
memang paling rentan terjadinya pertengkaran. Hal itu wajar karena
keduanya masih dalam tahap pengenalan dan saling memahami karakter
masing-masing.
Bahkan ada beberapa pasangan muda yang memilih untuk bercerai untuk mengakhiri pertengkaran
tersebut. Bahkan hal itu juga sering terjadi bagi mereka yang menikah
berbeda suku, agama dan ras. Apapun alasannya, bercerai bukanlah jalan
keluar untuk menyelesaikan masalah. Untuk itu berusahalah untuk bersabar
dan terus belajar dengan beberapa pasangan tua yang ada dilingkungan
sekitar anda seperti orang tua anda. Jangan sampai anda mengorbankan
mahligai pernikahan anda apalagi jika hubungan kalian telah dikarunia
buah hati, hal itu akan berdampak buruk pada anak anda.
Jika anda berfikir positif
dari pertengkaran itu, maka bisa dipastikan hubungan anda akan tetap
harmonis. Permasalahan-permasalahan yang sering terjadi pada pasangan
muda biasanya tidak jauh dari masalah keuangan, mengatur rumah tangga,
seks, anak hingga turut campurnya mertua pada hubungan anda.
Ditahun-tahun awal, hubungan pernikahan anda pasti akan mengalami hal tersebut, untuk itu marilah kita belajar untuk mengatasi masalah tersebut dengan beberapa tips dibawah ini:
1. Menerima Kenyataan
Pasangan muda pasti atau pasangan yang
baru menikah kurang dari satu tahun dipastikan akan menghadapi yang
namanya konflik, hal itu wajar karena kalian baru saja melewati
masa-masa bahagia saat bulan madu. Ketika waktu udah selesai, maka akan
timbul beberapa konflik kecil yang harus anda selesaikan dengna
baik-baik tanpa harus ada pertengkaran.
2. Menerima Perbedaan
Kurang lamanya waktu masa berpacaran
sering kali membuat hubungan kali menimbulkan pertengkaran kecil atau
perdebatan tentang perbedaan pendapat. Belajarlah untuk saling
bertoleransi dan menerima perbedaan antar satu dengan yang lainnya.
3. Tingkatkan Kepercayaan
Harus anda terima kenyataan itu, karena
pasangan suami istri adalah pasangan hidup anda sampai maut menjemput.
Hal itu bisa anda lakukan dengan cara membangun/meningkatkan kepercayaan
antar satu dengan lainnya. Rasa kepercayaan terhadap suami/istri adalah
kunci keharmonisan hubungan anda pasangan muda.
4. Tingkatkan Gairah
Salah satu meningkatkan keharmonisan
serta menghindari adanya pertengkaran yaitu dengan meningkatkan gairah
seks kalian. Dengan meningkatkan gairah tersebut anda akan dapat merasa
lebih sabar ketika menemui perbedaan pendapat dengan pasangan anda.
5. Mempererat Persaudaraan
Selain keempat cara diatas, anda juga
dapat meningkatkan/mempererat persaudaraan dengan keluar besar pasangan
anda. Menjaga komunikasi dengan baik dengan keluarga besar pasangan anda
atau sekedar silahturahmi dengan keluarga besar adalah salah satu cara
anda untuk menghindari konflik/pertengkaran dengan pasangan anda.
Kelima cara diatas dapat membantu hubungan anda tetap harmonis serta menghindari adanya pertengkaran
yang tidak perlu. Untuk itu tetaplah belajar menerima apapun perbedaan
yang ada pada hubungan anda. Semoga hubungan keluarga baru/pasangan muda
anda tetap harmonis.
Memasuki kehidupan berkeluarga,
seorang pria dan wanita pastilah memerlukan penyesuaian satu sama lain.
Dalam masa penyesuaian ini mereka barulah melihat adanya kekurangan
dalam diri pasangannya yang mungkin pada saat pacaran belum terlihat.
Sebelum berkeluarga mereka memiliki kebiasaan dalam keluarganya misalnya
makan malam bersama dimana pada saat tersebut mereka dapat saling
menceritakan kejadian yang dialami hari itu. Mungkin kebiasaan tersebut
tidak ada
dalam keluarga pasangannya, sehingga di saat mereka telah menikah pasangannya agak susah untuk mengikuti kebiasaan tersebut.
Pada dasarnya pria dan wanita berbeda dalam hal berkomunikasi. Seorang wanita sebelum menikah memiliki teman bercerita antara lain ibunya ataupun teman dekat yang setia mendengarkan ia berkeluh kesah mengenai aktivitasnya hari itu. Tetapi setelah menikah ia kehilangan orang yang bersedia mendengarkan tanpa memberikan komentar. Suaminya di saat pulang sudah lelah dengan beban kerjaan di kantor sehingga setiap perkataan istrinya dianggap sebagai omelan dan dia tidak membutuhkan itu.
Seorang wanita memiliki kebutuhan untuk didengarkan di saat ia berbicara tanpa adanya komentar dari pasangannya. Tetapi hal tersebut tidak diperolehnya dari suaminya. Suaminya lebih senang bila pulang kerja duduk membaca koran atau menonton TV. Sebenarnya dengan membaca koran atau menonton TV merupakan cara pria untuk melupakan masalah di kantor dan dia ingin rileks. Tetapi hal tersebut tidak ditemuinya di rumah. Begitu dia pulang, istri telah menyambutnya dengan menanyakan “Bagaimana Pa, pekerjaan di kantor?” atau “Apakah masalah A itu telah selesai?” Istri menanyakan hal tersebut karena begitulah ia ingin diperlakukan. Ia ingin menceritakan kejadian di kantor pada orang yang disayanginya dan ingin menawarkan penyelesaian. Tetapi jawaban suami “Oh, baik, Ma” Jawabannya hanya singkat karena dia perlu waktu menyendiri sebelum dia dapat mendengarkan istrinya bercerita. Tetapi ungkapan singkat tersebut bagi istri “Wah, dia sudah tidak sayang lagi denganku.” Mulailah timbul perselisihan di antara mereka.
Suami yang mendapat perlakuan tersebut terus menerus menjadikannya enggan untuk pulang ke rumah bila ia tidak siap dengan pertanyaan istrinya. Istri yang tidak mendapat tanggapan dari suami akan marah karena menganggap suaminya sudah tidak sayang lagi dengannya.
Sebenarnya masalah tersebut dapat diselesaikan dengan mudah bila masing-masing pihak menyadari adanya perbedaan kebutuhan antara pria dan wanita. Seperti telah kita ketahui dalam artikel 12 Jenis Cinta ada perbedaan kebutuhan antara pria dan wanita. Dalam masalah di atas dapat diselesaikan dengan si suami berterus terang pada istrinya bahwa ia perlu waktu menyendiri beberapa saat dan minta pengertian istrinya, dia bisa saja berkata “Oh, baik, Ma tapi saya perlu waktu istirahat sebentar, Papa sayang sama Mama“. Istripun harus dapat menerima keinginan pria untuk menyendiri dan dia melakukan aktivitasnya yang lain.
Bila istri perlu waktu untuk bicara mengenai kegiatannya hari itu, pria dapat menanggapinya hanya dengan mendengarkan sambil mangut-mangut ataupun menanyakan sesekali “Lalu, bagaimana?” atau “Lucu sekali” bila istrinya menceritakan suatu lelucon. Suami tidak perlu memberikan komentar ataupun memberikan nasihat bila tidak diminta. Dengan didengarkan istri merasa mendapatkan perhatian dan cinta dari suaminya dan ia dapat memberi lebih banyak lagi pada suaminya. Suami yang melihat istrinya gembira akan gembira pula karena ia merasa dapat membahagiakan istrinya.
Kadang-kadang bila istri sedih, suami menganggap istri memerlukan waktu sendiri seperti halnya dirinya. Suami mulai menanyakan “Ada apa, Ma, mengapa Mama bersedih ? Biasanya jawaban istri “Nggak ada apa-apa, Pa” padahal dibalik kata-kata tersebut dia ingin suaminya mengajukan lebih banyak pertanyaan dan menariknya keluar. Perkataan istri “Nggak ada apa-apa” biasanya menandakan ada sesuatu yang tidak beres dan dia perlu seorang pendengar yang menaruh minat dan peduli padanya. Dia ingin ditanyai dan pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya akan membantunya membuka diri.
Pemahaman yang baik akan kebutuhan emosionil pria dan wanita akan membawa pada kebahagiaan rumah tangga.
dalam keluarga pasangannya, sehingga di saat mereka telah menikah pasangannya agak susah untuk mengikuti kebiasaan tersebut.
Pada dasarnya pria dan wanita berbeda dalam hal berkomunikasi. Seorang wanita sebelum menikah memiliki teman bercerita antara lain ibunya ataupun teman dekat yang setia mendengarkan ia berkeluh kesah mengenai aktivitasnya hari itu. Tetapi setelah menikah ia kehilangan orang yang bersedia mendengarkan tanpa memberikan komentar. Suaminya di saat pulang sudah lelah dengan beban kerjaan di kantor sehingga setiap perkataan istrinya dianggap sebagai omelan dan dia tidak membutuhkan itu.
Seorang wanita memiliki kebutuhan untuk didengarkan di saat ia berbicara tanpa adanya komentar dari pasangannya. Tetapi hal tersebut tidak diperolehnya dari suaminya. Suaminya lebih senang bila pulang kerja duduk membaca koran atau menonton TV. Sebenarnya dengan membaca koran atau menonton TV merupakan cara pria untuk melupakan masalah di kantor dan dia ingin rileks. Tetapi hal tersebut tidak ditemuinya di rumah. Begitu dia pulang, istri telah menyambutnya dengan menanyakan “Bagaimana Pa, pekerjaan di kantor?” atau “Apakah masalah A itu telah selesai?” Istri menanyakan hal tersebut karena begitulah ia ingin diperlakukan. Ia ingin menceritakan kejadian di kantor pada orang yang disayanginya dan ingin menawarkan penyelesaian. Tetapi jawaban suami “Oh, baik, Ma” Jawabannya hanya singkat karena dia perlu waktu menyendiri sebelum dia dapat mendengarkan istrinya bercerita. Tetapi ungkapan singkat tersebut bagi istri “Wah, dia sudah tidak sayang lagi denganku.” Mulailah timbul perselisihan di antara mereka.
Suami yang mendapat perlakuan tersebut terus menerus menjadikannya enggan untuk pulang ke rumah bila ia tidak siap dengan pertanyaan istrinya. Istri yang tidak mendapat tanggapan dari suami akan marah karena menganggap suaminya sudah tidak sayang lagi dengannya.
Sebenarnya masalah tersebut dapat diselesaikan dengan mudah bila masing-masing pihak menyadari adanya perbedaan kebutuhan antara pria dan wanita. Seperti telah kita ketahui dalam artikel 12 Jenis Cinta ada perbedaan kebutuhan antara pria dan wanita. Dalam masalah di atas dapat diselesaikan dengan si suami berterus terang pada istrinya bahwa ia perlu waktu menyendiri beberapa saat dan minta pengertian istrinya, dia bisa saja berkata “Oh, baik, Ma tapi saya perlu waktu istirahat sebentar, Papa sayang sama Mama“. Istripun harus dapat menerima keinginan pria untuk menyendiri dan dia melakukan aktivitasnya yang lain.
Bila istri perlu waktu untuk bicara mengenai kegiatannya hari itu, pria dapat menanggapinya hanya dengan mendengarkan sambil mangut-mangut ataupun menanyakan sesekali “Lalu, bagaimana?” atau “Lucu sekali” bila istrinya menceritakan suatu lelucon. Suami tidak perlu memberikan komentar ataupun memberikan nasihat bila tidak diminta. Dengan didengarkan istri merasa mendapatkan perhatian dan cinta dari suaminya dan ia dapat memberi lebih banyak lagi pada suaminya. Suami yang melihat istrinya gembira akan gembira pula karena ia merasa dapat membahagiakan istrinya.
Kadang-kadang bila istri sedih, suami menganggap istri memerlukan waktu sendiri seperti halnya dirinya. Suami mulai menanyakan “Ada apa, Ma, mengapa Mama bersedih ? Biasanya jawaban istri “Nggak ada apa-apa, Pa” padahal dibalik kata-kata tersebut dia ingin suaminya mengajukan lebih banyak pertanyaan dan menariknya keluar. Perkataan istri “Nggak ada apa-apa” biasanya menandakan ada sesuatu yang tidak beres dan dia perlu seorang pendengar yang menaruh minat dan peduli padanya. Dia ingin ditanyai dan pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya akan membantunya membuka diri.
Pemahaman yang baik akan kebutuhan emosionil pria dan wanita akan membawa pada kebahagiaan rumah tangga.