Selasa, 30 Mei 2017

PERLUNYA KEADILAN DALAM KINERJA DAN KESEHARIA


                       

Seorang guru berkata  pada saya:  
Gimana sebuah sekolah mau maju kalau pemimpinnya sering berlaku tidak adil, tidak merangkul semua pihak dan seringkali melakukan tindakan yang membuat hati bawahannya sakit! 

Di mana letak kebersamaan dan kekeluargaan yang digembor-gemborkan, 
dimana letak keadilan yang digembor-gemborkan saat rapat, manakala ada sebagian BAWAHAN  dibahagiakan dan BAWAHAN  lain dirugikan sampai bahkan ada yang menangis di dalamnya.  

Tidak mau belajar dari INSTANSI  lain yang bisa mengatasi setiap masalah itu secara adil dan mau mendengarkan setiap masukan orang lain, mau berbagi rasa suka dan duka bersama, saling merangkul dan tidak ada kata-kata "Derita Lu.......Lu sendiri yang merasakan!"  Allahu Akbar,.....

Hidup kita ngak lama, kalau kita menularkan sistem pendidikan yang salah dan keliru dan memancing oknum-oknum berbuat curang maka apa yang harus kita pertangggungjawabkan di akhirat nanti karena generasi-generasi penerus kita sudah rusak akhlak dan budi pekertinya setelah banyak  dicontohkan perbuatan-perbuatan ketidakjujuran dan penuh rekayasa  dari sistem ini!!!

Betullah penyanyi kita Ahmad Akbar mengemukakan lagunya : "Panggung sandiwara".  : Dunia ini panggung sandiwara".........!! Siapa lagi yang harus dan bisa kita percaya!!! Akankah kecurangan dan ketidakadilah dunia pendidikan akan selalu terjadi?????

Keadilan. Sudah lama dan banyak sekali orang yang menyerukan keadilan. Tapi sebenarnya apa sih keadilan itu? Ya, keadilan itu suatu hal yang abstark, namun bisa difahami dan dirasakan. Kalau secara teoritis, keadilan itu sama halnya dengan kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan ini diartikan sebagai titik tengah antara terlalu banyak dan terlalu sedikit. Terlalu banyak/sedikit dalam urusan apa? Yang pastinya dalam hal hak dan kewajiban. Jika seseorang terlalu banyak menuntut hak tapi sedikit menjalankan kewajiban, namanya tidak adil. Begitu pula sebaliknya.

Salah satu contoh yang paling mudah misalnya, ada seorang guru yang ingin mendapat nilai yang bagus, tapi dia tidak mau berusaha alias belajar. Hasilnya? Adil jika dia dapat nilai jelek. Tapi, kalau hasilnya bagus? Adil atau tidakkah? Untuk menjawab tersebut yang perlu ditanyakan lagi adalah caranya. Untuk mendapatkan nilai yang bagus dengan jalan tidak belajar tadi, apa yang ia lakukan? Keadilan dan ketidakadilan sangat berkaitan erat dengan sifat jujur dan kecurangan. Keadilan merupakan hasil dari sebuah kejujuran, sedangkan ketidakadilan merupakan hasil dari sebuah kecurangan. Pada kasus nilai di atas, bisa jadi si guru melakukan sebuah tindakan kecurangan sehingga dia memperoleh nilai yang bagus. Pada kehidupan sehari-hari banyak sekali contoh dan kasus ketidak adilan.

Lalu bagaimanakah agar 'keadilan' tersebut dapat terjadi? Manusia dalam kehidupannya saling berinteraksi. Untuk mewujudkan kata 'adil' tidak mungkin hanya mengacu definisi 'adil' dari satu individu saja melainkan harus ada kesepakatan definisi 'adil' secara bersama. Jika definisi tersebut sudah didapat, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah membuat suatu aturan/hukum agar definisi 'adil' tersebut tidak hanya jadi wacana / keinginan semata. Hukum dan aturan yang sudah ditetapkan, setiap orang harus berkomitmen dan konsekuen untuk menjalankan.

Pada kenyataanya, tidak mudah untuk mewujudkan hal di atas. Masih banyak kasus-kasus ketidakadilan yang terjadi di masyarakat. Mulai dari koruptor yang bebas berkeliaran padahal sudah jelas-jelas terbukti, tapi orang yang 'hanya' mengambil sisa panen kapuk untuk memenuhi hariannya ditangkap dan dibui sampai dengan hal diskriminasi.  Menerapkan dan menciptakan keadilan, tidak butuh orang yang pandai, jenius ataupun kaya. Cuma butuh satu karakter mendasar, yaitu Kejujuran.


ketika Anda menjadi seorang pemimpin, dan Anda berani berlapang dada mengakui bahwa sebenarnya permasalahan yang terjadi dalam organisasi, adalah mutlak kesalahan Anda, disinilah akan timbul rasa mawas diri, mengayomi,mengasihi, melayani dan sikap bersungguh-sungguh dalam menjalankan kepemimpinan. Bawahan Anda mungkin memang salah dalam melaksanakan tugasnya, tetapi yang patut disalahkan tetaplah pemimpin mereka, yang secara sengaja maupun tidak sengaja membiarkan masalah ini terjadi, dan mungkin pada saat Anda dibutuhkan oleh bawahan Anda untuk berdiskusi, Anda tidak “hadir” untuk mereka, Anda terlalu sibuk dengan aktivitas Anda sehingga lupa untuk memberikan dukungan dan saran.


١. Pemimpin Sebagai Penentu Arah ,bukan Sebagai pemotong arah
 karena pemimpin yang paling mengetahui kearah mana bawahan Anda harus berjalan, dan juga yang paling mengetahui titik akhir pencapaian yang harus dicapai.
2. Pemimpin Sebagai Penyusun Rencana , bukan pengubah rencana
pemimpin harus mempunyai rencana untuk memastikan bawahannya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan hasil optimal. Mencari cara-cara baru untuk memudahkan dirinya dan bawahannya untuk bekerja efisien.
3. Pemimpin Sebagai Pemilih Orang-orang yang Tepat, bukan sebagai pemilih orang-orang yng tidak tepat
beranilah untuk mengutak-atik penugasan sesuai dengan pemetaan kompetensi yang telah Anda lakukan sebelunya kepada bawahan Anda, beri orang yang kompeten dan berdedikasi tinggi dengan tugas yang lebih berbobot, dan orang yang berkompetensi kurang pada tugas yang sedikit mempengaruhi hasil, sambil Anda mendidik mereka agar mampu mengerjakan tugas yang lebih tinggi lagi.
4. Pemimpin Sebagai Pengontrol, bukan hanya sebagai pendengar tida pernah mengontrol
Anda sebagai pemimpin ditugaskan untuk memastikan hasil, lalu kontrollah tugas bawahan Anda dengan terstruktur, mulailah buat rencana, kemudian komunikasikan kepada bawahan Anda dan pastikan rencana tersebut berjalan dengan baik.
5. Pemimpin Sebagai Pengevaluasi,bukan sebagai penilai tanpa ada evaluasi 
dalam melakukan evaluasi kerja gunakanlah komunikasi yang efektif agar tim Anda dapat meningkatkan kinerjanya ke arah yang lebih baik.
Sebagai pemimpin ,belajarlah kembali untuk mengosongkan gelas dalam diri Anda dan posisikan diri Anda menjadi pendengar yang baik, karena jika Anda sudah merasa pintar atau posisi gelas Anda sudah penuh,Anda tidak akan mampu menangkap banyak hal baru dari bawahan Anda.
Ubahlah pola pikir Anda dari “sudah tahu” menjadi “ingin tahu” tentang apa yang sebenarnya terjadi di tim Anda, dengan pola pikir ini Anda akan menjadi pribadi yang lebih bersedia untuk mendengar dan mencari tahu terlebih dahulu sebelum menentukan hipotesis dan memutuskan apa yang menjadi jalan keluar dari sebuah masalah.
Bawahan Anda akan lebih merasa dekat dengan pemimpinnya jika mereka merasa diperhatikan, kebutuhannnya di akomodir dengan baik , oleh karena itu bangunlah chemistry, dengan cara sederhana, jadilah pemimpin dengan pribadi yang peduli, penolong dan melayani kepada bawahan Anda sehingga pada akhirnya mereka akan bergantung kepada Anda, dan ketergantungan inilah yang pada akhirnya akan menciptakan rasa membutuhkan karena Anda selalu ada ketika mereka membutuhkan pertolongan, yang pada akhirnya akan menumbuhkan perasaan cinta dari bawahan Anda sebagai pemimpin.

SEMOGA DITINDAK LANJUTI BUKAN HANYA DIDENGAR

0 komentar:

Posting Komentar