Selasa, 04 Agustus 2015




Tips Untuk Mengatasi Kejenuhan Bekerja


Setiap pagi, kita butuh upaya superkeras untuk bangkit dan berangkat ke kantor. Bahkan, mencari motivasi untuk pergi ke kantor pun merupakan tantangan tersendiri. Meski kita tidak mencintai pekerjaannya, tetapi kita pun tidak mencintainya. Awal-awal mulai bekerja sih seru-seru saja, tetapi kok, sekarang jadi begini, ya?

Sebuah kewajaran, kegiatan yang dilakukan terus menerus akan memberikan efek jenuh dalam jiwa. Sepertinya ini yang saya alami seminggu yang lalu, bukan bermaksud mengeluh atau tidak bersyukur, ini murni perasaan saya sebagai manusia biasa yang kadang jenuh terhadap rutinitas yang monoton.

Setiap hari kita menghabiskan banyak waktu untuk bekerja, entah di kantor, pasar, sawah, lapangan atau di manapun kita berada. Seorang Pegawai Negeri Sipil misalnya, rata-rata ia akan menghabiskan waktu 8 jam setiap hari. Delapan jam adalah waktu yang sangat panjang dan melelahkan bila kita tidak menikmati pekerjaan, tidak bersemangat, sedih, lesu, dan mengantuk. Seandainya dipaksakan pun hanya akan membuang waktu dan tenaga, karena hasilnya tidak akan maksimal.

Ini bisa jadi merupakan masalah kejenuhan di tempat kerja. Kadang, kita mungkin tak akan menyadarinya hingga beberapa lama. Keluar dari kejenuhan ini kadang menjadi hal yang sangat sulit. Berikut ini adalah 3 penyebab terumum kejenuhan bekerja :

1. Sangat Kelelahan Saat ini seperti ada pergerakan yang membuat semua PNS harus bisa multitasking. Kita pun jadi terkadang pulang larut, mengerjakan tugas yang kadang kita rasa tidak masuk akal, tanggung jawab yang sangat tinggi, tetapi tanpa ganjaran yang setimpal pula. Meski awalnya tantangan yang diberikan membuat kita terpacu, tetapi lama kelamaan pekerjaan ekstra itu membuat kita mulai merasa tidak sepadan. kita pun mulai merasa kelelahan dengan tuntutan tinggi dan tekanan konstan dari kantor.
Ketimbang mencoba tersenyum dan menerima saja, coba bicarakan dengan atasan kita. Atasan kita bisa jadi sama sibuknya dengan kita dan tak menyadari bahwa kita mulai merasa hampa. Dengan berbicara kepada atasan mengenai tekanan pekerjaan dan solusi untuk menguranginya, siapa tahu sebagian beban pekerjaan bisa diberikan kepada orang lain dan mendapatkan saran yang membantu kurangi stres.

2. Arah yang tak jelasKita sudah berada di posisi kerja yang sekarang untuk sekian lama, tetapi tidak ada kejelasan kita akan diangkat atau di promosikan ke bagian lain atau mungkin meningkat posisi ke jabatan yang lebih tinggi.
Dalam situasi tipe ini, akan lebih bijaksana untuk menera ulang diri untuk bisa mengerti halangan potensial yang mencegah kita untuk lebih maju secara profesional. Contoh, apakah kita memiliki kemampuan yang tepat untuk menangani tanggung jawab lebih, atau bisakah kita meningkatkan kemampuan kita? Apakah kita memiliki reputasi positif di tempat kita bekerja, dan apakah ada permintaan atasan yang tak sanggup kita penuhi ?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi bisa membantu kita menentukan langkah ke depan. kita juga bisa bicara dengan atasan untuk mengekspresikan ketertarikan kita untuk lebih maju dan mencari tips bagaimana melakukannya (tentu dengan asumsi atasan kita adalah orang yang bisa diajak bekerja sama dan tempat untuk bertanya).

3. Pekerjaan yang kita lakukan selama ini terasa membosankan alias menjenuhkan.Pada awalnya, kita mencintai variasi dan kecepatan kerja yang ada di hadapan. Namun saat pekerjaan berulang itu membuat kita ingin marah dan sedih, bisa jadi kita sudah tak lagi menikmati pekerjaan yang kita kerjakan, dan ini menyulitkan untuk mencari tahu apa langkah berikutnya.
Mencintai pekerjaan juga akan mendorong semangat kita untuk bekerja dengan penuh tangung jawab. Mengutip kata-kata seorang guru etos kerja Indonesia, Jansen Sinamo, “Kerja adalah amanah, Anda harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab.” Bertanggung jawab dalam arti melakukan apa yang terbaik seringkali berdampak nyata terhadap peningkatan kualitas hasil pekerjaan.

Realitas kehidupan kerja juga tidak lepas dari berbagai macam hambatan, entah dalam bentuk persaingan atau sabotase, tekanan dari atasan dan lain sebagainya. Tak jarang hambatan atau dalam bahasa positif disebut dengan `tantangan` menjadikan kita tidak menikmati pekerjaan. Tetapi jangan pernah sekalipun membiarkan tantangan dalam pekerjaan menghambat kinerja kita. Langkah yang dapat kita tempuh dalam menghadapi tantangan adalah berpikir positif. Dengan berpikir positif, kita akan melihat tantangan sebagai jalan untuk meningkatkan kualitas diri kita.

Selain itu, kenikmatan dalam menjalankan pekerjaan di antaranya dipacu oleh kemampuan yang kita miliki. Bila pekerjaan menuntut tingkat kemampuan tertentu, sementara kemampuan kita sendiri terbatas akan sangat mudah memicu suasana kerja yang menjemukan atau tidak menyenangkan. Alangkah baiknya jika kita selalu meningkatkan kemampuan, mengasah keahlian dan mengisi pikiran dengan informasi atau ilmu pengetahuan terbaru alias ter-update. Langkah tersebut akan berpengaruh terhadap cara kita menyelesaikan pekerjaan, misalnya cara yang kita lebih bervariasi dan kreatif. Cara kerja yang kreatif lebih memastikan kita senang mengerjakan tugas kita. “...even without success, creative persons find joy in a job well done. Learning for its own sake is rewarding…”

Sementara langkah lain yang bisa kita tempuh untuk dapat menikmati pekerjaan adalah memupuk sikap konsisten. Seperti dikatakan sebelumnya bahwa kehidupan di dunia kerja sarat dengan aneka tantangan. Tetapi bila kita selalu bersikap konsisten terhadap tujuan semula, yaitu menghasilkan pekerjaan terbaik, maka keresahan, kekhawatiran, kebosanan dan segala yang kurang menyenangkan dalam pekerjaan akan tergantikan dengan rasa tenang dan senang. Pada akhirnya sikap konsisten tersebut menjadikan kita lebih maju dalam bidang pekerjaan kita.

Langkah selanjutnya adalah menetapkan skala prioritas dalam pekerjaan. Kerjakan tugas yang terpenting, dan menyelesaikannya sesuai dengan batas waktu yang sudah kita tentukan sendiri. Patuhilah target deadline atau batas waktu, dan kita patut malu jika melanggarnya. Dengan demikian, kita akan terpacu untuk segera menyelesaikan pekerjaan tanpa merasa terbebani. Sementara itu, kita tidak dapat memungkiri bahwa kita selalu membutuhkan dukungan orang lain. John Ruskin menerangkan, “Every great man is always being helped by everybody, for his gift is to get good out of all things and all persons. Setiap orang yang hebat selalu didukung oleh orang lain, karena kebaikan yang ia dapatkan bersumber dari bermacam sebab dan dukungan orang lain.”Kecerdasan dalam mengelola hubungan dengan orang-orang dalam lingkungan sangat berpengaruh terhadap suasana psikologis kita saat bekerja, terlebih terhadap hasil pekerjaan. Maka langkah yang harus kita tempuh adalah menciptakan suasana kerja yang komunikatif. Luangkan waktu setidaknya untuk mendengar dan berusaha memahami harapan dan persoalan yang sedang dihadapi oleh orang-orang dalam lingkup pekerjaan kita. Dengan demikian akan tercipta saling pengertian dan jalinan keakraban, yang pada akhirnya melahirkan suasana menyenangkan dalam bekerja.

Mungkin salah satu sebab kita tidak bersemangat kerja, bosan, malas dan lain sebagainya dikarenakan potensi kita kurang diberdayakan atau kurang dihargai. Kalau saja potensi itu digabungkan dengan semangat kerja, pasti hasilnya sangat mengagumkan. Maka langkah yang bisa kita tempuh adalah mencoba saling memotivasi dan menghargai sesame rekan kerja, atasan, bawahan maupun kolega kerja. Motivasi dan penghargaan tidak saja menciptakan keakraban dalam lingkungan kerja, tetapi juga mengobarkan semangat untuk berpacu dalam prestasi. “Motivation is the fuel, necessary to keep the human engine running. Motivasi adalah bahan bakar, sangat penting untuk menghela semangat kerja manusia”

Satu hal yang harus kita pikirkan, waktu akan terus berlari tanpa memandang apakah kita sedang bersemangat kerja, lesu, gembira atau mengantuk. Maka jangan sia-siakan waktu, lakukan pekerjaan sebaik-baiknya. 

0 komentar:

Posting Komentar