Kamis, 01 Mei 2014

PENILAIAN MANUSIA



Seringkali kita berpikir tentang kesalahan, keburukan dan aib orang lain. Seakan kita menjadi sengsara karena perilaku orang lain. Padahal tidak satupun yng menimpa kita melainkan buah dari perilaku kita sendiri. Tidaklah satu senyuman yang kita berikan kepada orang lain kecuali kembali kepada kita. Tidak ada satu patah katapun yang kita ucapkan, yang melukai hati orang lain, kecuali akan kembali pada pembuatnya. Oleh karena itu jangan pernah menyalahkan siapapun jikalau hidup kita terpuruk; hidup kita seakan berat dan nestapa karena pada hakikatnya itu semua adalah buah dari perbuatan kita sendiri. Tidak ada yang tertukar, semua perbuatan akan kembali pada pembuatnya.
Orang yang beruntung , akan berfikir keras tentang dirinya , setiap saat mengevaluasi apa yang telah diperbuatnya terhadap orang lain. Apakah saya ini seorang yang sombong? Apakah saya ini seorang yang suka menggunjing orang lain? Apakah saya ini seorang yang kikir? Orang yang beruntung adalah orang yang berjuang sangat keras untuk menemukan dirinya, karena bagaimana kita bisa merubah orang lain kalau kita tidak pernah berusaha merubah diri sendiri?
Kita harus mulai sadar bahwa semakin hati penuh kesombongan, hati suka pamer, berprasangka buruk, penuh kedengkian, kebencian, semakin diri kita rugi. Waktu kita habis dipakai untuk memikirkan orang yang kita dengki, sehingga tidak lagi produktif. Sungguh berbahagialah mereka yang lapang dan ikhlas, yang selalu memandang setiap kejadian dengan pikiran dan sikap positif.
Marilah kita belajar bijak menyikapi kesalahan dan kekurangan orang lain, sebagaimana kita pun ingin diperlakukan hal yang sama ketika melakukan kesalahan. Orang yang baik bukan yang tidak pernah melakukan kesalahan, orang yang baik adalah orang yang segera sadar, memohon ampun dan bertaubat ketika melakukan kesalahan seraya bertekad untuk tidak melakukan kesalahan yang serupa. Sebab siapapun tentu berpotensi untuk berlaku salah. Istri, anak, tetangga, teman kantor atau atasan kita sekalipun memiliki kemungkinan untuk melakukan kesalahan.
Sikap yang harus kita lakukan ketika mengetahui orang lain berbuat salah adalah tanya pada diri kita, apa yang paling diinginkan dari sikap orang lain pada diri kita ketika kita berbuat kesalahan yang sama ? Tentu saja, kita sangat berharap agar orang lain tidak marah pada kita. Kitapun berharap agar orang lain bisa menegur kesalahan kita dengan cara yang baik. Atau, kita berharap agar orang lain bisa bersikap santun dengan kesalahan kita dan memaafkan kita. Kita tentu tidak ingin orang lain marah besar atau bahkan mempermalukan kita didepan umum akibat kesalahan kita. Kalaupun hukuman dijatuhkan, kita ingin agar hukuman itu dijatuhkan dengan adil dan penuh etika.
Kita ingin diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. Kita juga ingin disemangati agar bisa bertanggung jawab dengan apa yang telah kita lakukan. Nah, kalau keinginan-keinginan ini ada pada diri kita, mengapa ketika orang lain berbuat salah kita malah mencacinya, menghina dan menghukumnya dengan tidak adil? Andai suatu ketika kita jumpai orang melakukan kesalahan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah bertanya, apakah orang tersebut tahu atau tidak dirinya salah ? Sebab adakalanya orang yang berbuat salah bukan karena ingin berbuat salah, tetapi karena dirinya tidak mengerti bahwa hal yang dilakukannya salah. Contoh sederhana, ada seorang wanita dari pelosok desa yang merantau ke kota dan bekerja sebagi pembantu rumah tangga. Hari-hari pertama bekerja dia sama sekali tidak merasa bersalah ketika kran-kran di kamar mandi, toilet dan wastafel tidak ditutup sehingga airnya meluber dan terbuang percuma. Mengapa ? Karena air pancuran tempat mandi di desanya tidak ada yang memakai kran sehingga tidak pernah ditutup. Di tempat tinggalnya air masih begitu melimpah.
Nah, disini nampaklah bahwa tata nilai yang berbeda membuat pandangan akan suatu masalah pun berbeda. Jadi, kalau ada orang lain yang berbuat salah, tanyalah dahulu apakah dia tahu atau tidak bahwa yang dia lakukan adalah sebuah kesalahan. Seandainya dia belum tahu kesalahannya, tentu kewajiban kita untuk memberi tahu dengan santun, bukan memarahi, memaki dan bahkan berbuat aniaya. Bagaimana mungkin kita memarahi orang yang belum tahu bahwa dirinya berbuat salah seperti halnya bagaimana mungkin kita memarahi anak kecil yang belum tahu tata nilai perilaku orang dewasa seumur kita?.

Tidak ada salahnya kita belajar dari tata nilai dan latar belakang seseorang dan tidak sombong manakala ternyata kita memiliki wawasan dan pengalaman lebih dari orang lain. Justru dengan pengalaman dan wawasan yang kita milikilah seharusnya kita mampu membantu meluruskannya dengan bijak. Ada juga orang yang sadar perbuatannya salah, tetapi tidak tahu jalan keluarnya. Maka, posisi kita adalah membantu orang tersebut agar menemukan jalan keluarnya. Namun kita juga harus hati-hati dalam memberikan bantuan agar jangan sampai ia bergantung kepada bantuan kita sehingga hilang kreatifitasnya dalam menyelesaikan masalah.
Setelah itu, bantu orang yang berbuat salah agar ia tetap semangat memperbaiki kesalahannya. Ini lebih menyelesaikan masalah daripada mencaci, memaki, menghina dan mempermalukan. Kita harus sadar bahwa anak kita adalah bagian dari diri kita, istri adalah bagian dari keluarga kita, saudara-saudara kita adalah bagian dari khazanah kebersamaan kita. Kenapa kita harus penuh kebencian membicarakan kejelekannya? Tidak selayaknya kita berlaku tidak adil. Ingat, rumus menyikapi kesalahan orang lain adalah berusaha membantu agar orang lain yang melakukan kesalahan mengetahuinya, membantu agar ia tahu cara memperbaikinya, membantu agar memiliki kemampuan dan semangat dalam memperbaiki kesalahannya

Siapakah Kita Menilai Peribadi Seseorang ~:..



بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
˚¸.•*” “*•.¸.♥
Diri hanya ingin lebih baik bukan semestinya aku terbaik,
Diri ini jarang berhubung… bukan bermakna aku melupaimu,
Diri ini jauh denganmu bukan bermakna tidak mengingatimu,
Diri ini tidak sekali ingin bermusuhan apalagi mencari kesalahan.
Tetapi..
Diri ini melatih untuk mengikut peraturan ditetapkan Allah,
Diri ini belajar erti malu akan pandanganNya,
Diri ini berusaha untuk memperbaiki kepada kebaikan,
Mengingatkan diri untuk takut dengan azab & amp;
balasan Rabbi,
Bimbang merenung kelemahan diri,
Fahamilah perubahan ini hanya mencari redha Ilahi,
Jangan nilai dengan perubahanku ini, kerana…aku hanya insan biasa
Tiada apa untuk dibandingi atau dikagumi melainkan saling melengkapi,
Mengertilah sahabat, fahmilah teman, sama-sama renungkan agar tidak ada tersalah faham.
Muhasabah diri, renungan hati, perbaiki peribadi sebelum meletakkan penilaian.
-’-’-’-’-’-’Bantulah kehidupanku, peringatkanlah diriku, bimbinglah hatiku….segalanya hanya kepada Allah… Tuhanku sekelian alam.-’-’-’-’-’-’ ˚.•.¸¸¸.♥ʚįɞ•.¸¸¸.♥ʚįɞ•.¸¸¸.•.¸¸.♥ʚįɞ¸¸..•.¸¸¸.♥ʚįɞ•¸..•.¸¸¸.•˚

0 komentar:

Posting Komentar