Jumat, 05 April 2013

Mari kita menyimak tentang pentingnya Pakaian suami istri menurut Al Qur'an

Allah menghendaki agar pasangan suami-istri layaknya sepasang pakaian yang saling melengkapi, bukan saling merusak.

Dalam al-Quran disebutkan;

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَآئِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ عَلِمَ اللّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ فَالآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُواْ مَا

كَتَبَ اللّهُ لَكُمْ


Artinya: "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu." (QS. Al-Baqoroh [2]:187)

Dalam ayat tersebut Allah swt. menyebut bahwa suami adalah libas bagi istrinya dan istri juga adalah Libas bagi suaminya. Kata “libas” mempunyai arti penutup tubuh (pakaian), pergaulan, ketenangan, ketentraman, kesenangan, kegembiraan dan kenikmatan.

Penutup aib dan perhiasan

Fungsi pakaian adalah untuk menutup aurat tubuh (lihat QS.7:26).  Suami istri adalah pakaian bagi pasangannya. Dengan demikian, suami istri adalah penutup  "aurat" (baca: aib) bagi pasangannya. Fungsi pakaian juga sebagai perhiasan (lihat QS.7:26). Perhiasan adalah sesuatu yang indah dan berharga. Dengan memiliki dan atau memandang perhiasan mendatangkan kesenangan, kepuasan dan kebahagiaan. Suami adalah perhiasan bagi istrinya dan istri adalah perhiasan bagi suami. Suami indah dilihat istri dan juga sebaliknya. Suami merasa berharga bagi istrinya, dan pada saat yang sama suami menghargai istrinya. Demikian pula sebaliknya.

Allah berfirman dalam Surat Ali Imran [3]:14) yang artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

Sumber Ketrentraman 

Suami adalah sumber ketentraman bagi istrinya. Istri juga adalah sumber ketentraman bagi suaminya. Masing-masing merasa tentram dengan adanya pasangan dan dari pasangannya. Serta masing-masing berusaha membuat tentram pasangannya.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.“(QS.Ar-Ruum [30]:21)

Suami juga sumber kesenangan bagi istri. Begitu juga istri adalah sumber kesenangan bagi suami.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
” (QS. Ali Imran[3]:14)

“Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.Al-Furqaan [25]:74)

Kedua ayat itu menyebutkan kata “wanita” dan “istri” saja, tidak menyebutkan kata “pria” dan “suami”. Seolah-olah dua ayat tersebut hanya ditujukan dan berlaku untuk pria dan suami. Meskipun kata “pria” dan “suami” tidak disebutkan, kedua ayat di atas juga ditujukan dan berlaku bagi para wanita dan istri, sehingga bisa dipahami juga sebagai berikut;

Suami merasa senang, gembira, puas, bahagia dan nikmat terhadap istrinya dari sikap, perilaku, kata-kata, ekspresi, penampilan dan pelayanan istrinya ketika berhubungan dengan istrinya dalam segala aktivitas sehari-hari.

Pada saat yang sama suami juga harus membuat istrinya merasa senang, gembira, puas, bahagia dan nikmat terhadap dirinya dari sikap, perilaku, kata-kata, ekspresi, penampilan dan pelayanannya dalam setiap kesempatan dan aktivitas rumah tangga (bukan hanya ketika membutuhkannya saja dan bukan hanya ketika di atas ranjang saja). Demikian juga sebaliknya, istri merasakan hal yang sama terhadap suaminya dan berbuat hal yang sama kepada suaminya.
Al-Quran Berjalan
Ada kisah seorang suami yang bisa menjadi tauladan bagi seluruh alam. Namanya Mumammad, yang diagungkan umat Islam sedunia.

Alkisah, suatu hari,  Siti Aisyah, sangat khawatir. Ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah lalu keluar membuka pintu rumah rumah. Betapa terkejutnya ketia dia mendapati suaminya, yang tak lain Rasulullah Muhammad sedang tidur di depan pintu.

"Mengapa engkau tidur di sini?," ujar Aisyah. Nabi Muhammmad menjawab, "Aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. Itulah sebabnya aku tidur di depan pintu."

Itulah akhlaq Muhammad. Beliau bahkan tak pernah menyebut panggilan istirnya dengan panggilan buruk. Sebaliknya, beliau memanggil istri-istrinya dengan panggilan yang indah-indah.  Aisyah adalah istri Nabi yang sering mendapatkan sapaan  "ya khumairah" (wahai gadis berpipi kemerah-merahan). Begitulah Nabi, ia selalu memanggil istrinya dengan sapaan indah. Tak hanya Aisyah, bahkan untuk semua istri-istrinya, beliau selalu memanggil dengan panggilan indah dan menyenangkan perasaan mereka.

Tak ada akhlaq suami di dunia ini yang seindah akhlaq Muhammad. Karena itulah, Siti Aisyah pernah mengatakan,  akhlaq Muhammad itu sebagai “khuluquhu al-Qur'an” (al-Qur'an yang sedang berjalan).

Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam mengingatkan para suami, "Berhati-hatilah kamu terhadap isterimu, karena sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya."
Para sahabat pada masa Nabi memperlakukan isteri mereka dengan hormat, mereka takut kalau wahyu turun dan mengecam mereka. *



هن لباس لکم وانتم لباس لهن

Ayat di atas menjelaskan bahwa kedudukan suami istri bagaikan pakaian satu sama lain dan jelas bahwa pakaian memiliki ciri-ciri yang dalam kehidupan dan hubungan suami istri harus tampak, sebagian darinya di antaranya:
  1. Sebagaimana salah satu fungsi dari pakaian adalah menutup aurat dan menjaga harga diri manusia, maka suami istri juga harus demikian, satu sama lain harus saling menutupi aib dari pasangannya dan menjaga harga diri satu sama lain.
  2. Sebagaimana antara manusia dan pakaiannya tidak ada pemisah, begitu juga suami istri hubungan satu sama lain harus erat dan tidak ada orang asing yang ikut campur dalam urusannya.
  3. Biasanya seseorang menggunakan pakaian sesuai dengan musim atau udara yang ia rasakan, ketika hawa panas manusia akan memakai baju yang agak tipis tapi kalau udara panas, mereka akan menggunakan pakaian yang tebal. Begitu juga dengan hubungan suami istri, ketika suami dalam keadaan marah maka istri harus menghadapinya dengan lemah lembut, dan ketika istri dalam keadaan capek maka suami harus mengobati rasa capeknya.
  4. Pakaian dapat menjaga manusia dari panas dan dingin, begitu juga sebaliknya manusia menjaga bajunya agar tidak kotor atau robek. Maka suami istri juga harus menjaga satu sama lain.
  5. Sebagaimana pakaian dapat menghangatkan tubuh manusia, maka suami harus bisa memberi kehangatan pada keluarganya dan menjauhkan dari sifat dingin dan acuh tak acuh.
  6. Sebagaimana pakaian dianggap sebagai perhiasan maka suami istri harus menjadi perhiasan bagi yang lainnya.
  7. Sebagaimana manusia memilih baju dalam berpakaian, maka begitu juga suami istri harus mereka sendiri memilih istri atau suami.
  8. Manusia ketika memilih pakaian biasanya yang sesuai dengan dirinya dan menurut ukurannya sendiri, begitu ketika mencari istri atau suami harus yang sesuai dengan mereka masing-masing.[E.q]

0 komentar:

Posting Komentar