Selasa, 04 Juni 2013

SEPUTAR MEMAAFKAN PERSELINGKUHAN

Apapun alasan Anda, bila benar-benar ingin mempertahankan perkawinan, maka yang paling Anda butuhkan adalah kemauan untuk memaafkan suami.  Perkawinan mungkin memang bisa diselamatkan, tapi kalau Anda tak kunjung bisa memaafkan kesalahan suami, apakah Anda mau tersiksa di sepanjang sisa hidup Anda?  

Namun, sebelum meminta bantuan profesional, Anda masih harus melewati satu tahapan lagi, dan bisa jadi tahapan ini justru merupakan babak yang paling krusial dan bikin deg-degan. Anda mungkin sudah bulat untuk mempertahankan perkawinan, tapi bagaimana dengan suami? Kalau suami sama-sama ingin memperbaiki perkawinan,Anda bisa lanjut ke tahap berikutnya.
  
Tapi, bagaimana kalau ternyata suami justru ingin mengakhiri perkawinan dan memilih selingkuhannya ketimbang Anda? Atau, dia keukeuh tidak mau melepaskan selingkuhannya (dengan berbagai alasan) meskipun masih ingin melanjutkan perkawinan dengan Anda, siapkah Anda menerima kenyataan itu? Pilihan sepenuhnya ada di tangan Anda, tentu berikut semua konsekuensinya.
  
Tapi, seandainya suami menyesali pengkhianatannya, berjanji tidak akan melakukannya lagi, dan sama-sama ingin mempertahankan perkawinan. Kalau ini yang terjadi, Anda bisa memulai proses memaafkan. Kalau memang upaya itu dirasa terlalu berat bila diatasi sendiri, segeralah mencari bantuan profesional. Misalnya dengan berkonsultasi ke psikolog atau mengikuti terapi penyembuhan holistik ke ahlinya yang belakangan ini banyak ditawarkan. Sembari melakukan itu, ada baiknya Anda juga mendekatkan diri kepada Tuhan, untuk meminta keikhlasan dan daya untuk memaafkan suami.      

Tak ada proses instan
Acceptance atau penerimaan adalah  hal pertama yang Anda butuhkan sebelum memasuki tahap memaafkan. Bukan menerima (memaklumi) tindakan perselingkuhan yang dilakukan suami, melainkan menerima kenyataan bahwa  semua manusia bisa melakukan kesalahan, termasuk diri Anda sendiri. Tidak ada manusia yang sempurna, termasuk diri Anda sendiri. Dengan penerimaan itu pula, kita akan menjadi lebih rendah hati untuk memulai proses memaafkan.
  
Namun, memaafkan tentunya bukan proses instan, apalagi sim salabim. Pasalnya, manusia bukan hanya memiliki hati, tapi juga otak. Hati Anda mungkin sudah siap untuk memberi maaf, tapi otak Anda telanjur menyimpan memori tersebut dan terus aktif  'memutar film' perselingkuhan suami. Akibatnya, niat untuk memaafkan surut kembali.
  
Seperti kata pakar penyembuhan holistik Reza Gunawan, memaafkan adalah proses yang terjadi di hati, sedangkan melupakan adalah proses di otak. Beda sistem kerjanya, tapi bukannya sama sekali tak bisa disinkronkan. Yang dibutuhkan adalah niat yang kuat untuk memaafkan dengan tulus, melupakan boleh menyusul kemudian. Bukankah ada pepatah 'waktu akan menyembuhkan luka'?
  
It takes time to forgive, and more time to forget. Kalau memang Anda berniat mempertahankan perkawinan, memaafkan mutlak diperlukan untuk kedamaian jiwa Anda sendiri.

“Karena, memaafkan adalah sebuah  pembebasan bagi hati dan jiwa. Tak perlu memasang target kapan Anda akan bisa memaafkan,  jalaninya saja prosesnya dengan ikhlas. Setiap kali otak Anda memutar kembali  film basi itu, segera usir dengan memikirkan atau melakukan kegiatan yang membuat Anda gembira. Hindari pula mengungkit-ungkit lagi perselingkuhan itu di depan suami. Kalau hati dan mulut Anda sudah mengatakan siap untuk memaafkan, jangan lagi menoleh ke belakang,” Yatie menyarankan.
  
Namun, bila setelah sekian lama Anda tak kunjung mampu memaafkan, lebih baik berhentilah menyiksa diri. Mungkin bercerai adalah langkah yang terbaik. “Karena, sering kali terjadi, setelah bercerai seseorang justru mulai bisa memaafkan pasangannya,” Yati menambahkan.

Menghentikan Perselingkuhan Suami

Testimoni » Menghentikan Perselingkuhan Suami

 
Jika ada yang pernah memberitahu Anda bahwa cobaan paling besar dalam kehidupan berumah tangga adalah perselingkuhan, maka orang tersebut tidaklah berbohong. Saya pernah mengalaminya sendiri, lelaki  yang sudah lebih dari sepuluh tahun ini menjadi suami saya ternyata belakangan berselingkuh dengan perempuan yang sejak tahun lalu diakuinya pada saya sebagai teman kerja.
 
Seperti apa rasanya mengetahui bahwa kita dikhianati? Sakit hati, iya. Sedih, iya. Marah, juga iya. Ingin sekali saya mengakhiri hidup dengan melompat dari balkon apartemen kami, tapi keputusan tersebut tidak dapat saya ambil mengingat kami sudah terlanjur memiliki empat orang anak yang masih sangat membutuhkan kedua orang tuanya. Dan saya sendiri juga tidak bisa memungkiri bahwa rasa cinta saya pada suami tetap tak berkurang meski saya tahu dia telah dengan sengaja menelikung saya bersama perempuan lain.
 
Di tengah goncangan prahara inilah saya memutuskan untuk berkunjung ke kantor Asosiasi Parapsikologi Nusantara untuk mencari jalan keluar yang bersifat spiritual. Kebetulan saja waktu itu pimpinan APN, Kang Masrukhan, sedang berada di tempat sehingga saya mendapat kesempatan berkonsultasi dengan beliau. Atas saran Kang Masrukhan saya memutuskan untuk memakai Mani Gajah sebagai usaha batin saya memisahkan suami dari selingkuhannya. Hasilnya? Alhamdulillah, persis seperti yang saya harapkan.
 
Segera setelah pulang dari kantor Asosiasi Parapsikologi Nusantara, saya mengoleskan sedikit Mani Gajah pada seragam kerja suami saya. Seperti setengah keajaiban saja beberapa hari kemudian suami saya benar-benar meninggalkan selingkuhannya dan meminta maaf kepada saya. Bahkan ketika si perempuan idaman lain itu datang menemui suami saya ke rumah, suami segera mengusirnya pergi tanpa berpikir dua kali. Alhamdulillah, sejak saat itu kehidupan rumah tangga kami kembali harmonis seperti sedia kala dan suami saya pun kembali menjadi suami teladan yang sejak dulu saya kenal. Terima kasih, Kang Masrukhan.
 

0 komentar:

Posting Komentar