Senin, 03 Juni 2013

KETIKA ADA TANDA-TANDA SUAMI BERSELINGKUH

مِ
Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang akhwat telah bertanya: ”Pak Imron, bagaimana caranya mengatasi rasa cemburu dan curiga kepada suami...? Jujur saya merasa takut suami berselingkuh ataupun mencintai wanita lain...!!! Sebenarnya saya ’nggak mau curiga ke suami Pak.. Tapi mungkin syaitan (telah) menggoda saya... Sampai saya rajin membuka HP suami.. Sampai suatu hari saya temukan SMS suami ke nomor tanpa nama.. Dan saya cek adalah nomor wanita”.
Saudaraku...,
Silahkan bersuka cita, tetapi janganlah kita terlalu bersuka cita / terlalu bergembira dengan apa saja yang telah berhasil kita raih / telah berhasil kita miliki. Termasuk kepada sang suami. Silahkan mencintainya, tapi jangan terlalu mencintainya. Bersikaplah yang sewajarnya saja, karena semuanya itu (termasuk suami), pada hakekatnya hanyalah titipan Allah semata.
Sebaliknya: silahkan berduka cita, tetapi jangan terlalu berduka cita (apalagi sampai larut di dalamnya) terhadap segala sesuatu yang luput dari kita, apakah itu berupa kehilangan jabatan, pekerjaan, harta kekayaan, orang-orang yang kita cintai, dll., termasuk jika saudaraku harus mendapati kemungkinan terburuk (kehilangan suami tercinta karena beliau wafat, atau karena pergi meninggalkan saudaraku begitu saja atau sebab-sebab lainnya). Ingatlah, bahwa pada hakekatnya semuanya itu hanyalah titipan Allah semata. Karena sesungguhnya Allah-lah pemilik seluruh alam semesta beserta isinya, termasuk jiwa dan raga kita. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Hadiid ayat 23 berikut ini:
لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ ﴿٢٣﴾
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira* terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (QS. Al Hadiid. 23). *) Yang dimaksud dengan terlalu gembira disini adalah gembira yang telah melampaui batas, yang menyebabkan kesombongan, ketakaburan, dan lupa kepada Allah.
Saudaraku...,
Satu hal yang harus kita tanamkan dalam hati kita, bahwa sebagai seorang muslim / muslimah yang baik, maka seharusnya cinta kita 100% hanya untuk Allah semata.
Kalaupun kita harus mencintai istri (suami) kita, termasuk cinta kita kepada orang tua, anak, saudara, dll., maka semuanya itu hanyalah dalam rangka memenuhi perintah Allah semata (sebagai perwujudan cinta kita kepada-Nya). Dan jika suatu ketika Allah memerintahkan kita untuk menceraikan istri (suami) kita, maka (karena cinta kita kepada Allah) kita juga harus menceraikannya. Misal: ketika tiba-tiba sang istri (suami) murtad, maka terlebih dahulu kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengajaknya kembali. Namun jika ternyata sang istri tetap tidak mau, maka kita harus tinggalkan dia. Sekalipun kecantikannya masih membuat kita terpesona, juga kelembutan sikapnya, dll. (Semoga hal ini tidak sampai terjadi pada istri/suami kita. Amin!)
Terus, apakah sebaiknya kita musti lari dari semua ini? Karena takut jatuh dan kehilangan suami tercinta? Karena takut disakiti?.
Jawabnya: Mengapa harus lari dari semua ini? Bukankah tidak ada satupun diantara kita yang mampu menghindar dari masalah selama kita masih menjalani kehidupan di dunia ini?
Sebaiknya hadapi saja, wahai saudaraku. Sambil terus berupaya untuk memberikan yang terbaik buat suami tercinta dan terus berdo’a kepada-Nya agar diberikan jalan terbaik. Jika memang dia benar-benar suami yang baik yang mampu membimbing saudaraku dalam menggapai ridho-Nya, mohonlah kepada-Nya agar pernikahan ini dapat dipertahankan untuk selamanya. Sedangkan jika ternyata dia bukanlah suami yang baik, mohonlah kepada-Nya agar dia segera mendapat petunjuk dan bimbingan dari-Nya sehingga bisa segera belajar dari kesalahannya selama ini untuk kemudian segera bisa berubah ke arah yang lebih baik sehingga pernikahan ini dapat dipertahankan untuk selamanya.
Saudaraku…,
Setelah kita berupaya secara maksimal, maka apapun yang akan terjadi, terimalah dengan hati yang lapang. Kembalikan semua urusan ini hanya kepada-Nya, supaya jiwa kita menjadi tenang.
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya”. (QS. Al Fajr. 27 – 28).
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon koreksinya jika ada kekurangan / kesalahan.
Semoga bermanfaat.
-----
Beliau mengatakan: ”Pak Imron, saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak curiga ataupun mencari tahu ataupun cemburu... Tetapi terkadang sebagai perempuan saya lemah Pak... Menurut Bapak, sebaiknya bagaimana sikap saya kepada suami, apakah saya jujur berkata telah membuka HP-nya dan membaca SMS-nya untuk seorang wanita... atau saya biarkan dan saya lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT., Pak?”
Saudaraku...,
Pada umumnya kaum lelaki itu punya ego yang tinggi serta harga diri yang tinggi pula (semoga saya tidak termasuk yang demikian). Berterus-terang kepada suami bahwa saudaraku telah membuka HP-nya, apalagi sampai membaca SMS untuk seorang wanita, itu sungguh-sungguh sangat berbahaya, Bu. Suami bisa sangat tersinggung. Dan ini bisa menyebabkan terjadinya pertengkaran terus-menerus.
-----
Beliau mengatakan: ”Benar Pak.. Lantas konkritnya bagaimana saya bersikap sebaiknya?”
Saudaraku...,
Seperti yang sudah aku sampaikan tadi, bahwa sebaiknya hadapi saja dengan tenang, sambil terus berupaya untuk memberikan yang terbaik buat suami tercinta dan terus berdo’a kepada-Nya agar diberikan jalan terbaik. Jika memang dia benar-benar suami yang baik yang mampu membimbing saudaraku dalam menggapai ridho-Nya, mohonlah kepada-Nya agar pernikahan ini dapat dipertahankan untuk selamanya. Sedangkan jika ternyata dia bukanlah suami yang baik, mohonlah kepada-Nya agar dia segera mendapat petunjuk dan bimbingan dari-Nya sehingga bisa segera belajar dari kesalahannya selama ini untuk kemudian segera bisa berubah ke arah yang lebih baik sehingga pernikahan ini dapat dipertahankan untuk selamanya.
Setelah kita berupaya secara maksimal, maka apapun yang akan terjadi, terimalah dengan hati yang lapang. Kembalikan semua urusan ini hanya kepada-Nya, supaya jiwa kita menjadi tenang.
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya”. (QS. Al Fajr. 27 – 28).
-----
Beliau mengatakan: ”Suami saya termasuk lelaki taat, Pak.. Dan dia pernah bilang bahwa dia takut kepada Allah SWT... Tapi hati saya selalu curiga.. Saya sudah perbanyak dzikir dan sholat malam.. Ada kalanya saya tenang, tapi ada kalanya saya memuncak curiganya”.
Saudaraku...,
Sudah menjadi sesuatu yang wajar jika kita berharap agar semuanya berjalan baik-baik saja. Jika itu terkait dengan suami, maka kita berharap agar sang suami tetap setia untuk selamanya, dst.
Namun jika dalam perjalanan waktu kemudian ada kekhilafan dari suami tercinta, maka berdo’alah kepada-Nya agar dia segera mendapat petunjuk dan bimbingan dari-Nya sehingga bisa segera belajar dari kesalahannya selama ini untuk kemudian segera bisa berubah ke arah yang lebih baik sehingga pernikahan ini dapat dipertahankan untuk selamanya.
Dan jika pada akhirnya sang suami menyadari kesalahannya kemudian mulai belajar untuk berubah ke arah yang lebih baik, sebaiknya maafkanlah kesalahannya. Semoga kelapangan dada kita dalam menghadapi keadaan yang demikian sulit ini, dapat dilihat oleh Allah sebagai amal kebajikan sehingga dapat menambah ketakwaan kita kepada-Nya. Amin!
Namun jika ternyata sang suami tetap seperti sekarang (bahkan kondisinya semakin memburuk) sehingga saudaraku tidak mampu untuk memaafkan kesalahannya, maka kembalikan semua urusan ini hanya kepada-Nya. Yakinlah, bahwa Allah akan memberikan keputusan terbaik diantara kita. Karena Allah adalah Tuhan Yang Maha Bijaksana, sebagaimana janji-Nya dalam Al Qur’an surat Al An’aam ayat 18:
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ ﴿١٨﴾
”Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al An’aam. 18).
Sedangkan Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Ar Ruum ayat 6:
وَعْدَ اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٦﴾
"(sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar Ruum. 6).
-
Ya… Rabbi,
Berilah kekuatan kepada kami, sehingga kami benar-benar dapat ridha dengan apa yang telah Engkau berikan kepada kami. Cukuplah Engkau bagi kami. Sesungguhnya kami hanya berharap kepada Engkau. Semoga Engkau berikan karunia-Mu kepada kami. Amin, ya rabbal 'alamin!
وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوْاْ مَا آتَاهُمُ اللّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللّهُ سَيُؤْتِينَا اللّهُ مِن فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللّهِ رَاغِبُونَ ﴿٥٩﴾
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)”. (QS. At Taubah. 59).
-----
Beliau mengatakan: ”Terima kasih Pak, atas pencerahannya... Saya merasa dapat kekuatan dari sharring ini.. untuk lebih bertaqwa dan ikhlas.. Juga untuk lebih sabar menghadapi kehidupan ini.. Semoga amal baik Bapak mendapat balasan dari Allah SWT... Dan semoga ke depan Bapak masih mau berbagi penjelasan serta pencerahan bagi saya maupun saudara sesama muslim lainnya.. Amin! Sekali lagi terima kasih, Pak.. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”.
Demikian hasil dialog ini,
Semoga bermanfaat.

1 komentar: